Mereka
telah mengambil kertasku yang bernilai sebuah angka, dengan sebuah janji
fasilitas untukku. Akan tetapi, apa yang terjadi? Aku malah disuruh membayar
ketika ku hendak meminjam barang yang ia tukarkankan dengan kertasku yang
bernilai itu. Sungguh ironis, ketika ada salah satu dari kami berkenan meminjam
tapi malah tidak diizinkan tuk meminjam.
Sesaat
kuterlelap dalam mimpiku merenungkan sistem pendidikan yang penuh dengan tipu
daya (seperti sifat setan), selayak setan yang memperdaya manusia kelembah
kehancuran. Dan kini barang itu telah rusak, tanpa ku jamah, tanpa kulihat dan
tanpa kusentuh.
Kuharus
sampaikan di mana kataku ini, ku harus
curahkan dimana keluhanku ini, sampai saat ini aku tak bisa berbuat
apa-apa dengan kondisi yang slalu mencekal perlawanaku ini. Ku hanya bisa
menjadi seorang pecundang yang bersembunyi di balik hutan kekesalan.
Ku
mohon berikan hak dan kewajiban kami, yang telah kau rampas. Dan kau hanya
tersenyum menatap kami dengan senyum yang kami anggap “senyuman Iblis” yang selalu menyapa buruknya sistem pendidikan yang
ada. Senyum yang seakan-akan tak pernah ada masalah diantara kita.
Sementara
masalah yang kau buat itu seperti takkan pernah ada habisnya. Sudahlah hentikan
tingkahmu yang selalu merugikan kami yang sedang mengejar ilmu dengan sebuah
semangat untuk bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar