VULKANISME
Vulkanisme adalah segala kegiatan magma dari lapisan dalam
litosfer menyusup ke lapisan yang lebih atas atau sampai ke luar permukaan
bumi. Aktivitas tersebut menghasilkan bentukan berupa kerucut atau kubah yang
berdiri sendiri dan disebut gunungapi. Dimanakah biasanya terbentuk gunungapi?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut perhatikanlah gambar berikut. Pada gambar
tersebut tampak bahwa gunungapi umumnya terbentuk pada pertemuan lempeng,
terutama lempeng yang saling bertumbukan.
Mengapa terbentuk pada pertemuan dua lempeng yang saling
bertumbukan? Pada pertemuan lempeng
tersebut, lempeng samudera menunjam ke bawah dan lempeng benua
terangkat. Akibat kaku, lempeng benua mengalami retakan. Magma yang cair
kemudian masuk melalui retakan-retakan tersebut dan membentuk kantong-kantong
magma. Sebagian magma mampu mencapai permukaan bumi dan membentuk gunungapi.
Karena itulah, sebagian besar gunungapi terbentuk pada pertemuan lempeng
tersebut.
Bentuk permukaan bumi sebagai hasil dari vulkanisme adalah
berupa munculnya berbagai tipe gunungapi, yaitu:
1)
gunungapi corong atau
maar, yaitu gunungapi hasil erupsi eksplosif atau berupa ledakan yang
posisi dapur magmanya relatif dangkal sehingga gunungapi tersebut berhenti
aktivitasnya dengan hanya satu kali ledakan. Oleh karena itu, ketinggian gunung
ini relatif rendah dan memiliki kemiringan yang cukup curam. Biasanya terbentuk
danau pada bekas lubang erupsi yang dasarnya relatif kedap air. Danau Eifel di
Perancis dan Ranu Klakah di lereng Gunung lamongan merupakan contoh tipe ini.
2)
gunungapi perisai atau
aspit, yaitu gunungapi hasil erupsi efusif atau erupsi berupa aliran. Magma
yang cair atau encer bergerak ke segala arah dengan ketebalan yang tipis
sehingga ketinggiannya juga rendah. Contoh gunungapi aspit adalah gunungapi di
Kepulauan Hawaii.
3)
Gunungapi strato,
yaitu gunung api berbentuk kerucut yang tinggi dengan lereng yang curam. Kerucut
yang tinggi merupakan hasil dari timbunan material-material vulkanik yang padat
maupun cair secara terus-menerus. Gunungapi ini merupakan gabungan tipe letusan
eksplosif dan efusif secara bergiliran. Gunungapi di Indonesia umumnya termasuk
tipe strato seperti Tangkuban Perahu, Kerinci, Merbabu, Gede Pangrango, Gempo,
dan lain-lain.
Gunungapi
di Indonesia
Indonesia merupakan pertemuan tiga lempeng yang saling
bertumbukan, yaitu lempeng Asia atau Eurasia (Eurasian Plate), Lempeng Pasifik
(Pacific Plate) dan Lempeng Indo-Australia (Indo-Australian Plate). Lempeng
Hindia merupakan lempeng samudera, sedangkan lempeng Asia merupakan lempeng
benua. Karena benua memiliki berat jenis lebih rendah dari lempeng samudera
maka lempeng Asia terangkat sepanjang pertemuan lempeng-lempeng tersebut.
Akibatnya, terbentuk jajaran pegunungan di sepanjang pertemuan lempeng mulai
dari Aceh, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Pada peta tersebut tampak
bahwa jajaran gunungapi berada di sepanjang pertemuan lempeng. Kalimantan yang
jauh dari pertemuan lempeng tak memiliki satu pun gunungapi sehingga relatif
aman
dari bencana letusan gunungapi. Sumatera dan Jawa juga Sulawesi
memiliki jumlah gunungapi yang banyak. Walaupun sangat rawan terhadap letusan
gunungapi, daerah-daerah tersebut relatif subur karena gunungapi mengeluarkan
material yang dapat menambah kesuburan pada tanah.
Gunungapi di Indonesia umumnya merupakan gunungapi bertipe
strato. Kerucut-kerucut gunungapi tersebut
sebagian dalam keadaan aktif, istirahat (dorman), dan mati. Beberapa di
antaranya sangat terkenal di dunia karena kekuatan letusannya yaitu
Gunung Tambora dan Gunung Krakatau. Gunungapi Tambora sangat
terkenal karena kedahsyatan letusannya yang terjadi pada tahun
1815 dengan ketinggian letusan mencapai 43 km (hampir mendekati batas lapisan
troposfer dan stratosfer). Ledakannya terdengar sampai jarak 2.600 km. Gunung
Krakatau juga sangat terkenal karena letusannya yang dahsyat pada tanggal 26
Agustus 1883. Letusan Krakatau saat itu juga menimbulkan gelombang tsunami yang menghancurkan permukiman di
sepanjang Pesisir Banten.